Lebih Dari 2000 Orang Per Hari Berziarah Ke Makam Gus Dur


sahabatgusdur.blogspot.Com ~ Pondok Pesantren Tebuireng, adalah salah satu pondok yang terkenal di Indonesia. Pondok ini didirikan oleh KH Hasyim Asyari. Beliau adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya merupakan seorang kiai bernama Kiai Asyari, pemimpin sebuah pondok pesantren di Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri.

KH Hasyim dikenal sebagai sosok kiai yang sangat nasionalis. Beliau rela menyumbangkan tenaga, pikiran, demi mengembangkan bangsa ini. Dengan landasan logika yang dijadikan pijakan KH Hasyim, mendorong masyarakat untuk memanfaatkan bantuan Jepang. Dengan didikan dan gemblengan militer dari Jepang, masyarakat yang sudah beratus-ratus tahun dijajah Belanda, lambat laun mulai bangkit.

Kebangkitan tersebut juga ditunjukkan di bidang pendidikan. Dengan metode pengajaran, KH Hasyim mempunyai gagasan, memasukkan materi ilmu umum sampai metode seminari, dengan harapan bisa imbang antara ilmu umum dan agama. Hasilnya, para santri menjadi lebih kritis pada wacana ilmu pengetahuan. 'Bahts al-Masail' sebagai metode 'Istimbat al-Hukm' dalam tradisi Nahdlatul Ulama, sejatinya adalah buah manis dari metode pengajaran yang dipopulerkan KH Hasyim.

KH Hasyim juga berperan dalam tercetusnya ideologi negara, di mana saat terjadi perbedaan pandangan pada pada sidang BPUPKI 28 Mei-1 Juni 1945. Kubu Soekarno dan Soepomo saat itu menghendaki negara ini bercorak nasionalis sekuler, sementara kubu Muhammad Yamin menginginkan Islam sebagai landasan dasar negara Indonesia.

Kedua kubu ini masih terus saling menguatkan pandangan masing-masing, sehingga nasib Indonesia di ambang kesuraman, apakah kelak dijadikan sebagai negara sekuler atau negara Islam. Pertentangan tersebut baru reda setelah hadirnya Abdul Wahid Hasyim, putra KH Hasyim. Melalui gagasan yang disampaikan Abdul Wahid Hasyim, akhirnya disepakati Piagam Jakarta untuk merumuskan ideologi negara Indonesia. Piagam ini berlatar belakang Piagam Madinah saat zaman Rasulullah.

Seperti yang dikutip dari situs NU Online, perjuangan KH Hasyim tidak kenal usia. Walaupun usianya sudah tidak lagi muda, semangatnya untuk membela bangsa tidak pernah surut. KH Hasyim atas nama hati nurani rakyat bahkan sampai mengeluarkan fatwa 'jihad fi sabilillah' untuk melawan tentara sekutu yang berniat kembali menguasai Indonesia.

Saat itu, pemerintah menyepakati Perundingan Linggarjati yang dinilai mewakili seluruh suara rakyat. Hasil dari Perundingan Linggarjati, salah satu kesepakatannya adalah membentuk Negara Republik Indoneisa Serikat (RIS).

KH Hasyim, Bung Tomo, Jenderal Soedirman, Kiai Wahab Hasbullah, dan tokoh-tokoh lainnya mengadakan kesepakatan tandingan di Tebuireng. Bagi kubu KH Hasyim, kemerdekaan adalah harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Negara RIS (Republik Indonesia Serikat) dianggap sama halnya dengan menggadaikan kembali kemerdekaan. Namun sangat disayangkan, saat perjuangan tengah mencapai puncaknya, beliau terlebih dahulu dipangging Sang Pencipta, sehingga perjuangannya diteruskan generasi penerusnya.

Sosok KH Abdurrahman Wahid, pun tak kalah populer. Pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 ini merupakan seorang reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil atau 'Sang Penakluk' dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. 'Gus' adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada anak kiai.
Semasa hidupnya, putra pasangan Wahid Hasyim dan Solichah ini bahkan pernah menggantikan BJ Habibie sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Dia menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa MPR 2001.

Berbagai prestasi dan penghargaan ia peroleh, di antaranya Pada 1993, penghargaan berupa 'Ramon Magsaysay Award', sebuah penghargaan prestisius untuk kategori kepemimpinan sosial.
Ia juga ditahbiskan sebagai 'Bapak Tionghoa' oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, pada 10 Maret 2004. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) juga memberikan penghargaan pada 11 Agustus 2006, dengan Gadis Arivia yaitu Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dan Gadis dinilai memiliki semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan demokrasi di Indonesia, serta sejumlah penghargaan lainnya.

Gus Dur wafat pada Rabu (30/12/2009), di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pukul 18.45 WIB akibat komplikasi penyakit, di antaranya jantung dan gangguan ginjal yang sudah dideritanya sejak lama.

Gus Dur dimakamkan satu lokasi dengan KH Wahid Hasyim (mantan Menteri Agama yang juga ayahanda Gus Dur), kakeknya, KH Hasyim Asyari, serta sejumlah keluarga lainnya di makam kelurga, PP Tebuireng, Kabupaten Jombang. Lokasi ini selalu ramai dipadati pengunjung setiap harinya.
Tak kurang dari 2.000 pengunjung datang untuk berziarah. Jumlah ini biasanya meningkat saat akhir pekan sampai 5.000-8000 pengunjung. Mereka datang dari berbagai daerah bukan hanya Jawa, Madura, melainkan daerah di Indonesia.

Namun, saat Ramadan seperti sekarang ini, justru jumlah peziarah turun. Dari yang biasanya pengunjung banyak dari sejumlah daerah di Indonesia, saat ini pengunjung justru banyak dari lokal seperti Jombang, Mojokerto. Jumlah pengunjung hanya sekitar 500 saja setiap harinya.
Walaupun jumlah pengunjung sedikit, lokasi makam dibiarkan tetap terbuka sampai 24 jam, kecuali terdapat kegiatan resmi. Ada kegiatan itupun ditutup untuk pintu depan makam, dan para peziarah tetap bisa berkunjung dengan lewat pintu belakang pondok.









Sumber :muslimoderat.com

1 Response to "Lebih Dari 2000 Orang Per Hari Berziarah Ke Makam Gus Dur"