Kisah Vespa hijau dan es lilin Gus Dur di Jombang


sahabatgusdur.blogspot.com ~ Ada nasihat dari orang bijak, "jangan lihat enaknya saja, tapi lihat juga bagaimana prosesnya". Begitu juga ketika anda melihat sosok Gus Dur. Riwayat hidup mantan presiden RI keempat itu-- sebelum menjadi tokoh hebat--sebenarnya juga tidak enak-enak amat. Bahkan putra mantan Menteri Agama pertama RI Abdul Wahid Hasyim, tersebut juga pernah hidup kekurangan.

Kisah itu terjadi ketika Gus Dur berada di Jombang, Jawa Timur. Pada 14 Mei 1971, Gus Dur pulang ke Jawa setelah menempuh studinya di Kairo, Mesir, dan Universitas Baghdad, Irak. Sepulangnya, Gus Dur tidak tinggal di Jakarta, melainkan di Jombang bersama istrinya, Shinta Nuriyah. Gus Dur, ketika itu pada 1972, mencukupi kehidupan keluarganya dengan berceramah dan mengisi seminar-seminar keliling Jawa.

"Selain itu Gus Dur juga menulis kolom untuk majalah dan koran berita nasional. Kolom-kolom Gus Dur rupanya mendapat sambutan baik dan cepat Gus Dur dianggap sebagai pengamat sosial yang sedang naik daun," kata Greg Barton, penulis Biografi Gus Dur.

Hingga pada 1973, kehidupan Gus Dur dan Nuriyah serba baik-baik saja. Rumah baru mereka di Kompleks Pesantren Kiai Bisri Sansuri, telah rampung. Anak pertama mereka, Alissa Wahid, baru saja lahir. Selain berceramah dan menulis kolom, Gus Dur juga bekerja di LP3ES. Namun demikian, pada akhirnya masalah keuangan tetap membelit juga. Gus Dur dan Nuriyah harus kerja keras untuk menghidupi keluarganya.

Karena kekurangan, Nuriyah akhirya membuka usaha berjualan makanan kecil di rumahnya, yakni menjual 'kacang Tayamum' (kacang yang digoreng dengan pasir). Setiap malam Gus Dur dan Shinta menyiapkan kacang Tayamum ini untuk di jual esoknya kepada ribuan santri. Gus Dur memasukkan sekitar 25 kacang ke kantong plastik, kemudian Shinta menutup plastik memakai lilin.

Ibu Gus Dur juga membelikan sebuah sepeda motor Vespa warna hijau. Vespa itu dipakai Gus Dur untuk melakukan segala aktivitasnya: mengajar, ceramah, belanja, dan berjualan. Setiap pagi, Gus Dur memakai Vespa tersebut untuk mengantar 15 tremos es lilin keliling ke tempat-temat strategis di wilayah Kota Jombang.

Dengan cepat es lilin itu menjadi populer dan dikenal sebagai "es lilin Gus Dur". Walhasil, usaha kacang Tayamum dan es lilin itu tidak besar, tapi, kata Shinta Nuriyah cukup berhasil. Usaha itu terus dilakoni Gus Dur hingga beberapa tahun berikutnya.

Kisah Vespa hijau dan segala aktivitas Gus Dur ini dibenarkan Abah Fathonah, salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Putra di Tambakberas. Dia hanya sempat menyaksikan sepenggal kisah hidup Gus Dur di Tamakberas. Menurut dia, dulu Gus Dur biasa-biasa saja, sederhana dan tidak bermewah-mewahan.

"Bajunya biasa, tidak terlalu rapi. Ke mana-mana, misalnya mengajar, naik seped motor Vespa. Saya ingat, kalau bensin habis, motornya di gulingkan juga. Orangnya ramah, senang humor. Sekarang saksi-saksi orang seumuran Gus Dur sudah meninggal semuanya," ujarnya. Sekarang di mana Vespa Gus Dur itu? Abah Fathonah menjawab sambil tertawa, "hehehe..,tidak tahu".


Sumber :merdeka.com

2 Responses to "Kisah Vespa hijau dan es lilin Gus Dur di Jombang"